Rabu, 13 November 2013

FLP KALBAR

http://www.youtube.com/v/1wEiHilrBo8?version=3&autohide=1&feature=share&showinfo=1&attribution_tag=heKLk3dVLdHBY_yyJLEguw&autoplay=1&autohide=1

Senin, 11 November 2013

Buku antalogi Puisi "Sepi yang Menjadi Kisah" karya Tri Hartati


Cover Buku Kumpulan Puisi "Sepi yang Menjadi Kisah" karya Tri Hartati
Ucapan Tri

Pertama kali saya menulis puisi ketika duduk dibangku Sekolah Dasar. Namun menulis secara serius saya lakukan ketika duduk dibangku Sekolah Menengah Atas. Ternyata menulis sudah menjadi bagian hidup saya, maka terkumpulah puisi sederhana ini berjudul Sepi Yang Menjadi Kisah yang saya tulis dari tahun 2009-2012. Secara kualitas mungkin puisi ini masih sangat sederhana, namun saya berharap dengan terbitnya buku kumpulan puisi ini bisa memotivasi para penulis yang memiliki karya untuk mempublikasikannya dan tidak malu dengan karya sendiri. Yakinlah sastra itu indah dan penting untuk diapresiasi oleh orang lain, supaya karya kita semakin cerdas dan bermutu. Maka menulislah! Maka publikasikanlah!

Berjuta rasa syukur saya haturkan kepada sang pemilik kehidupan, Allah SWT yang selalu memberikan inspirasi tak bertepi. Terima kasih kepada kedua orang tua dan kedua kakak tercinta yang selalu mendukung saya untuk terus menulis, juga teman-teman tempat saya menemukan arti sebuah persahabatan. Kepada pembaca saya serahkan goresan tinta ini dengan tulus.

Buku Antalogi Cerpen Budaya Kalbar

“Mozaik adalah sesungguhnya keindahan. Tersusun dari ragam kepingan yang kemudian membentuk kesempurnaan. Jutaan keping itu layaknya bagaikan kekayaan bumi khatulistiwa. Menciptakan cita rasa mozaik yang unik dan berbeda. Itulah yang diinginkan sejumlah penulis di buku ini, Amanah Di Bumi Khatulistiwa. Membacanya akan tampak siluet memesona.
(Dr. Eng Ferry Hadary, ST., M. Eng adalah dosen di Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura, dikenal pula dengan nama pena Abu Aufa. Selain dosen, beliau juga seorang penulis dan penikmat sastra).

“Untaian antologi dalam buku ini seperti kumpulan warna pembentuk pelangi, cerita yang mengalir dari hati dengan semangat yang tinggi tercermin dari penulis-penulisnya. Layak untuk dibaca. (Arroyyan Dwi Andini- Penulis buku “Menulis Bersama Allah”).

Buku Kumpulan Cerpen "Amanah Di Bumi Khatulistiwa" karya Penulis Muda Kalbar, Haris firmansyah, dkk. 
Selayang pandang Mahasiswa  Kalbar tetap merentang. Tak ada kata yang dapat membangkitkan semangat kami kecuali menulis. Yah Tulis!!! Seperti penulis dalam buku ini.

Keberagaman budaya membuat kami bangga. Akan kami catat dalam sejarah sastra Indonesia yang baru dengan pena kami. Buku ini bukti nyata yang mesti di baca. Kalian akan merasakan kebanggan tersendiri terhadap budaya dari lintasan garis ekuator. Kami membawa AMANAH DI BUMI KHATULISTIWA Ini dengan bangga.

Buku Antologi Puisi TREZA

“Membaca karya Sajak Dari Negeri Tak Berbayang lahirkan makna batin yang diaduk dalam cangkir cinta bercampur pilu moral. Beberapa potret lokal miris alam, tangis generasi; jiwa-jiwa yang terlepas dari bidik perhatian menjadi fenomena yang mencabik-cabik, dan antologi ini menjadi senjata yang membangunkan kita dari tidur yang panjang. Selamat kepada sahabat-sahabat, semoga suara Tuhan ini menjadi pelita bagi kita karya-NYA.” – Jimmy S. Mudya, Penyair muda KalBar –
Cover Buku Kumpulan Puisi "Sajak Dari Negeri Tak Berbayang" karya A.R. Zani, Ryu, Trihartati n Emiliana

“Puisi-puisi dalam antologi ini menarik untuk dinikmati karena bahasanya segar, lugas, dan liris. Mantap, saya ucapkan kepada penulis yang terdapat dalam antologi ini.” – Saifun Arif Kojeh, Penulis Antologi Cerpen "PENGHARGAAN" dari Negeri Betuah, Kayong Utara –

“Akhirnya semua kata akan tertulis juga tapi tak kan pernah habis untuk dirangkaikan dengan menampilkan karakter berbeda dari tiap penulisnya. Sajak Dari Negeri Tak Berbayang ini mempesona jiwa. Membacanya seperti alunan nada yang menggelitik telinga sehingga ingin menghabiskan segera lagunya paduan serasi yang layak di apresiasi.” - Aroyyan Dwi Andini, Penulis buku Menulis Bersama Allah -

Satu

Kau yang Turun ke Jalan

Kau yang turun ke jalan
menuntut kemerdekaan kesekian
berkeringat menyapu sekeliling bundaran
berteriak acungkan tangan
            Hei, kau yang turun ke jalan
            siapa lagi yang pantas berpanasan
            mengoyakkan seragam penuh kekesalan
            mengangkat nama bertulis demonstran
Dan kau yang turun ke jalan
berharap seseorang memerhatikan
aspirasi yang kau bawa bersama teman
hingga terkadang kalian bakar ban
memancing supaya suara didengarkan



Pontianak, 25 April 2013

Puisi

      Tipu?
Masih sepiring berdua, lagu lama bersahaja
Bagaikan pungguk merinduakan bulan agaknya
Selembar bernoda, selembarnya lagi bercahaya
Aku kira bakal si merek kasihan
Buang muka saja lebih indah baginya
Kutatap dua bola matanya
Yang mana menipu, yang mana jujur
Sepanjang jalan berpura sengsara
Bekal gitar, rokok sebatang
Tudung rajutan liliti kepala
Bertumpuk pula helm kerupuk kesukaannya
Aku pikir parkir di mana motornya
Kata orang, jalan kakilah ia
Setiap hari ku lalangi lampu merah itu
Setiap saat itu juga aku pandang ia
Ia hanya diam sambil menggempul asap

Datangi pemberhentian